Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Bacaan untuk Anak
Setingkat SD Kelas 4, 5, dan 6
Teguh Purwantari dan Suprihatin
Hijau Asramaku
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Hijau Asramaku
Penulis : Teguh Purwantari dan Suprihatin
Penyunting : Wenny Oktavia
Ilustrator : Danang W. Kusuma
Desain Sampul : Riza Arsyad
Penata Letak : Sarwoko Sasmawijana
Diterbitkan pada tahun 2017 oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya,
dilarang diperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin
tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan
untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.
PB
398.209 598
PUR
h
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Purwantari, Teguh dan Suprihatin
Hijau Asramaku/Teguh Purwantari dan Suprihatin.
Penyunting: Wenny Oktavia. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
viii; 65 hlm.; 21 cm.
ISBN: 978-602-437-276-7
CERITA RAKYAT-INDONESIA
KESUSASTRAAN ANAK
iii
Sambutan
Sikap hidup pragmatis pada sebagian besar masyarakat
Indonesia dewasa ini mengakibatkan terkikisnya nilai-nilai luhur
budaya bangsa. Demikian halnya dengan budaya kekerasan
dan anarkisme sosial turut memperparah kondisi sosial budaya
bangsa Indonesia. Nilai kearifan lokal yang santun, ramah, saling
menghormati, arif, bijaksana, dan religius seakan terkikis dan
tereduksi gaya hidup instan dan modern. Masyarakat sangat
mudah tersulut emosinya, pemarah, brutal, dan kasar tanpa mampu
mengendalikan diri. Fenomena itu dapat menjadi representasi
melemahnya karakter bangsa yang terkenal ramah, santun, toleran,
serta berbudi pekerti luhur dan mulia.
Sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat, situasi yang
demikian itu jelas tidak menguntungkan bagi masa depan bangsa,
khususnya dalam melahirkan generasi masa depan bangsa yang cerdas
cendekia, bijak bestari, terampil, berbudi pekerti luhur, berderajat
mulia, berperadaban tinggi, dan senantiasa berbakti kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Oleh karena itu, dibutuhkan paradigma pendidikan
karakter bangsa yang tidak sekadar memburu kepentingan
kognitif (pikir, nalar, dan logika), tetapi juga memperhatikan dan
mengintegrasi persoalan moral dan keluhuran budi pekerti. Hal itu
sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu fungsi pendidikan
adalah mengembangkan kemampuan dan membangun watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Penguatan pendidikan karakter bangsa dapat diwujudkan
melalui pengoptimalan peran Gerakan Literasi Nasional (GLN)
yang memumpunkan ketersediaan bahan bacaan berkualitas bagi
masyarakat Indonesia. Bahan bacaan berkualitas itu dapat digali
dari lanskap dan perubahan sosial masyarakat perdesaan dan
perkotaan, kekayaan bahasa daerah, pelajaran penting dari tokoh-
tokoh Indonesia, kuliner Indonesia, dan arsitektur tradisional
Indonesia. Bahan bacaan yang digali dari sumber-sumber tersebut
mengandung nilai-nilai karakter bangsa, seperti nilai religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli
iv
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai-nilai karakter
bangsa itu berkaitan erat dengan hajat hidup dan kehidupan manusia
Indonesia yang tidak hanya mengejar kepentingan diri sendiri, tetapi
juga berkaitan dengan keseimbangan alam semesta, kesejahteraan
sosial masyarakat, dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Apabila jalinan ketiga hal itu terwujud secara harmonis, terlahirlah
bangsa Indonesia yang beradab dan bermartabat mulia.
Akhirnya, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Kepala Pusat Pembinaan,
Kepala Bidang Pembelajaran, Kepala Subbidang Modul dan Bahan
Ajar beserta staf, penulis buku, juri sayembara penulisan bahan
bacaan Gerakan Literasi Nasional 2017, ilustrator, penyunting, dan
penyelaras akhir atas segala upaya dan kerja keras yang dilakukan
sampai dengan terwujudnya buku ini. Semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi khalayak untuk menumbuhkan budaya literasi
melalui program Gerakan Literasi Nasional dalam menghadapi era
globalisasi, pasar bebas, dan keberagaman hidup manusia.
Jakarta, Juli 2017
Salam kami,
Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum.
Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa
v
Pengantar
Sejak tahun 2016, Pusat Pembinaan, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melaksanakan
kegiatan penyediaan buku bacaan. Ada tiga tujuan penting
kegiatan ini, yaitu meningkatkan budaya literasi baca-
tulis, mengingkatkan kemahiran berbahasa Indonesia, dan
mengenalkan kebinekaan Indonesia kepada peserta didik di
sekolah dan warga masyarakat Indonesia.
Untuk tahun 2016, kegiatan penyediaan buku ini
dilakukan dengan menulis ulang dan menerbitkan cerita
rakyat dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ditulis
oleh sejumlah peneliti dan penyuluh bahasa di Badan Bahasa.
Tulis-ulang dan penerbitan kembali buku-buku cerita rakyat
ini melalui dua tahap penting. Pertama, penilaian kualitas
bahasa dan cerita, penyuntingan, ilustrasi, dan pengatakan.
Ini dilakukan oleh satu tim yang dibentuk oleh Badan Bahasa
yang terdiri atas ahli bahasa, sastrawan, illustrator buku, dan
tenaga pengatak. Kedua, setelah selesai dinilai dan disunting,
cerita rakyat tersebut disampaikan ke Pusat Kurikulum
dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
untuk dinilai kelaikannya sebagai bahan bacaan bagi siswa
berdasarkan usia dan tingkat pendidikan. Dari dua tahap
penilaian tersebut, didapatkan 165 buku cerita rakyat.
Naskah siap cetak dari 165 buku yang disediakan tahun
2016 telah diserahkan ke Sekretariat Jenderal Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk selanjutnya diharapkan
bisa dicetak dan dibagikan ke sekolah-sekolah di seluruh
Indonesia. Selain itu, 28 dari 165 buku cerita rakyat tersebut
juga telah dipilih oleh Sekretariat Presiden, Kementerian
Sekretariat Negara Republik Indonesia, untuk diterbitkan
dalam Edisi Khusus Presiden dan dibagikan kepada siswa dan
masyarakat pegiat literasi.
Untuk tahun 2017, penyediaan buku—dengan
tiga tujuan di atas dilakukan melalui sayembara dengan
vi
mengundang para penulis dari berbagai latar belakang.
Buku hasil sayembara tersebut adalah cerita rakyat, budaya
kuliner, arsitektur tradisional, lanskap perubahan sosial
masyarakat desa dan kota, serta tokoh lokal dan nasional.
Setelah melalui dua tahap penilaian, baik dari Badan Bahasa
maupun dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan, ada 117 buku
yang layak digunakan sebagai bahan bacaan untuk peserta
didik di sekolah dan di komunitas pegiat literasi. Jadi, total
bacaan yang telah disediakan dalam tahun ini adalah 282
buku.
Penyediaan buku yang mengusung tiga tujuan di
atas diharapkan menjadi pemantik bagi anak sekolah,
pegiat literasi, dan warga masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan literasi baca-tulis dan kemahiran berbahasa
Indonesia. Selain itu, dengan membaca buku ini, siswa dan
pegiat literasi diharapkan mengenali dan mengapresiasi
kebinekaan sebagai kekayaan kebudayaan bangsa kita yang
perlu dan harus dirawat untuk kemajuan Indonesia. Selamat
berliterasi baca-tulis!
Jakarta, Desember 2017
Prof. Dr. Gufran Ali Ibrahim, M.S.
Kepala Pusat Pembinaan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
vii
Sekapur Sirih
Hidup di desa dan di kota tentu berbeda suasana nya.
Hal ini dialami Titin dan keluarganya. Setelah ayahnya
dipindahtugaskan ke kota, Titin baru me rasakan enaknya
hidup di desa.
Namun, perasaan itu tak berlangsung lama, apalagi
setelah ia berkawan dengan Susi dan Wati, juga Tanto
dan kelompoknya.
Sekarang yang dirasakan adalah bagaimana cara
mengatur agar hidup di mana pun enak? Tinggal bagai-
mana cara kita mengatur dan menikmatinya.
Teguh Purwantari dan Suprihatin
viii
Daftar Isi
Sambutan ........................................................... iii
Pengantar .......................................................... v
Sekapur Sirih ...................................................... vii
Daftar Isi ........................................................... viii
Hijau Desaku ...................................................... 1
Hijau Asramaku .................................................. 13
Tenteram Hatiku ................................................ 45
Glosarium ......................................................... 53
Daftar Pustaka ................................................... 55
Biodata Penulis 1 ............................................... 57
Biodata Penulis 2 ............................................... 60
Biodata Penyunting ............................................ 64
Biodata Ilustrator ............................................. 65
1
Hijau
Desaku
2
Pak Harja adalah seorang polisi. Ia dan keluarga nya
tinggal di Desa Sidamulya, sebuah desa yang terletak di
sebuah lereng bukit yang indah. Desa Sidamulya sangat
subur. Udaranya sejuk dan bebas polusi kendaraan
maupun asap pabrik.
Di sekitar rumah Pak Harja ditanami buah-buahan.
Ada mangga, rambutan, jambu biji, avokad, melinjo,
kelapa, pisang, nangka, dan masih banyak lagi.
Halaman rumahnya pun ditanami bermacam sa yuran
dan tanaman apotek hidup. Aneka bunga pun ada. Selain
ditanam di tanah langsung, bunga-bunga itu juga ada
yang ditanam di dalam pot.
Buah dan sayuran ditanam untuk kebutuhan sen diri
dan sisanya biasanya dijual ke pasar. Jarang sekali Bu
Harja membeli buah ataupun sayuran. Mereka makan
buah dan sayur sesuai dengan musimnya. Jika sedang
musim mangga, buah manggalah yang akan menjadi
buah santapannya. Demikian juga dengan sayuran. Bu
Harja akan memasak sayuran yang dipetik dari halaman
rumahnya. Misal nya, nangka muda untuk sayur gudeg.
Tumis sawi, kacang panjang, atau kangkung.
Kebutuhan protein bisa diperoleh dari telur ayam.
Kadang-kadang mereka memancing ikan nila di kolam
belakang rumah, digoreng untuk lauk.
Pak Harja mempunyai dua orang anak.
3
Anak yang sulung perempuan, bernama Titin, duduk
di kelas tiga Sekolah Dasar.
Anak yang kedua laki-laki, bernama Tarna. Tarna
baru duduk di kelas satu Sekolah Dasar.
Di desa orang-orang biasanya punya rumah berhalaman luas. Mereka
bisa menanam bermacam buah dan sayuran untuk memenuhi kebutuhan
sendiri.
4
Mereka tidak pernah bertengkar. Kedua anak itu
selalu rukun dan saling menyayangi.
Pak Harja dan keluarganya akan meninggalkan desa.
Pak Harja pindah tugas ke kota.
Rencana kepindahan diceritakan kepada keluarga nya.
Titin dan Tarna sedih.
“Tin, Tar, mengapa kalian diam saja?”
“Saya takut dan sedih, Pak,” jawab mereka se rempak.
“Mengapa desa yang nyaman ini kita tinggalkan?”
“Ya, karena ayah mengemban tugas negara.”
Suatu hari Titin dan ayahnya pergi ke kota. Sebelum
berangkat, Titin berpamitan kepada ibunya.
Jalan di desa sangat sepi. Pak Harja bercerita tentang
kehidupan desa dan kota. Sayuran dan buah-buahan
banyak terdapat di desa.
“Kita tinggal memetik dari halaman dan kebun. Beras
diperoleh dari hasil panen di sawah.”
Titin mendengarkan cerita bapaknya dengan sungguh-
sungguh.
“Di kota, semua kebutuhan hidup harus dibeli,” lanjut
Pak Harja.
5
Jalan di perkotaan sangat ramai. Di jalan sangat
banyak kendaraan berlalu-lalang. Ada mobil, motor,
becak, bis kota, juga dokar.
Di pinggir jalan banyak terdapat toko. Ada toko
mainan, toko musik, toko pakaian, toko makanan, toko
alat tulis, toko komputer dan HP, apotek atau toko obat,
dan seba gainya.
Mata Titin berbinar-binar melihat pemandangan kota.
Hati Titin sangat gembira.
Semua pemandangan di kota terasa asing bagi nya. Di
desa paling ia bisa melihat toko-toko yang tak seberapa
jumlahnya berada di pasar dan sekitarnya. Itu pun tidak
selengkap toko di kota. Paling-paling hanya ada toko
pakaian, makanan, kebutuhan sehari-hari saja.
Tiba-tiba, ceeett ... Pak Harja mengerem sepeda
motornya.
“Ada apa, Pak?”
“Kita sudah sampai di tempat tujuan. Turunlah!”
Titin segera turun.
Dengan berjalan kaki melewati pintu gerbang asrama,
Titin berjalan di belakang ayahnya.
Pak Harja menganggukkan kepala kepada para
penjaga.
6
Di dekat pos penjagaan terdapat sekelompok anak
yang sedang bermain.
Titin dan ayahnya lewat di dekat mereka.
Tiba-tiba mereka memandang ke arah Titin. Mereka
saling berbisik, “Cah ndeso ... cah ndeso ....”
Titin diam walaupun hatinya mendongkol karena
disebut cah ndeso yang artinya anak desa.
“Tin, naiklah,” suruh Pak Harja.
Setelah melalui pos penjagaan, sepeda motor boleh
dikendarai lagi.
Sepeda motor Pak Harja melewati jalan lurus.
Kemudian berbelok ke kiri melewati lapangan bulu
tangkis.
Di tempat itu terlihat sekelompok anak lain lagi.
Mereka sedang bermain dan berkejaran dengan anjing.
Melihat Titin, mereka pun kembali berbisik-bisik. “Cah
Ndeso .... Cah Ndeso.... Anak desa ... anak desa....”
Dalam hati Titin semakin sebal. Perbuatan mereka
sungguh tidak terpuji.
7
“Kita sudah sampai di tempat tujuan. Turunlah!” Titin segera turun.
Titin berjalan mengikuti Pak Harja memasuki kompleks asrama.
8
Titin pun tiba di rumah barunya.
Pak Harja membuka pintu rumah.
Halaman rumah tampak kosong. Tidak ada tanaman
sama sekali. Udara terasa panas.
“Ini rumah yang akan kita tempati,” kata Pak Harja.
Titin tidak menyahut. Hatinya masih sedih ingat
mendapat cemoohan anak-anak asrama.
“Tin, kamu malu mendengar cemoohan tadi?”
“Iya, Pak,” jawab Titin.
“Mungkin mereka belum sadar dengan tindakan nya.”
“Jangan kamu tanggapi,” lanjut Pak Harja.
Titin masih diam saja.
“Ajaklah mereka berbuat baik jika besok kamu tinggal
bersama mereka.”
Pak Harja mengajak Titin ke dapur umum.
Dapur umum tersebut berderet-deret. Tiap dapur
diberi nomor sesuai dengan nomor rumah tinggal.
“Ini dapur yang akan kita tempati,” ucap Pak Harja.
Tampak ada satu kompor dan beberapa peralatan
dapur.
Kemudian Pak Harja mengajak ke kamar mandi
umum. Kamar mandi itu berderet panjang. Seperti dapur
tadi, tiap kamar mandi juga diberi nomor sesuai tempat
tinggalnya.
9
Kemudian Pak Harja kembali ke rumah barunya.
Hari itu Titin dan bapaknya bermalam di sana. Ma-
lam terasa panjang bagi Titin. Suara hewan malam tak
seramai terdengar seperti di desanya. Sesekali terdengar
gonggongan anjing. Jangkrik dan kodok tak terdengar.
“Mungkin karena kemarau, kodok tak bernyanyi,”
ucap Titin lirih sambil berusaha memejamkan mata.
Karena badannya capai, akhirnya ia tertidur pulas. Titin
baru bangun saat bapaknya membuka jendela kamar.
Udara pagi bertiup dingin.
Hari masih pagi ketika Pak Harja dan Titin pulang
ke kampung.
Gembira dan sedih bercampur dalam hati Titin.
Setibanya di rumah, Titin bercerita kepada adik-
nya. Diceritakannya hal-hal yang menarik agar adiknya
senang.
“Di sana kita dapat menanam bunga dan tanaman
lain di sekitar rumah.”
Tarna kegirangan. Ia membayangkan betapa
senangnya bisa menanam berbagai macam tanaman.
“Kalau kita bawa bibitnya dari sini ‘kan lebih baik, ya?”
“Oh iya, itu ide yang bagus!”
La sebaiknya tanaman apa saja yang perlu kita
bawa?” tanya Tarna.
10
“Apotek hidup, sayur-sayuran ... eng ... apa lagi, ya?”
Titin mengerutkan alis tanda sedang berpikir.
Sambil bersantai di depan rumah, Pak Harja bercerita kepada kepada
anak dan istrinya tentang suasana rumah yang akan mereka tinggali.
11
“Tanaman bunga juga perlu, lo!”
“Oh iya, betul sekali ....”
“Eh, kalau aku piara burung dara gimana, Pak? Boleh,
ya?” tanya Tarna kepada bapaknya.
“Boleh. Asal kau rajin memeliharanya.”
“Beres, Pak, siaaappp,” jawab Tarna sambil
menghormat kepada bapaknya.
12
13
Hijau
Asramaku
14
Akhirnya hari yang telah direncanakan pun tiba. Pak
Harja dan keluarga pindah ke kota. Semua barang yang
diperlukan sudah dikemas rapi.
Para tetangga memberikan salam perpisahan.
Sebagian tetangga ikut mengantar hingga ke asrama.
Suasana perpisahan sedikit tampak mengharukan,
seolah mereka akan berpisah dan tak akan bertemu
kembali.
“Hati-hati di sana ya, Le,” pesan Lik Trimo, te tangga
belakang rumah.
“Iya, Lik. Kamu juga harus tetap menjaga ke sehatan.
Kurangi makan garamnya, agar enggak darah tinggi
lagi,” pesan Bu Harja.
“Waah, kalau yang itu sulit, je! La makan kalau tanpa
garam rasanya cemplang,” jawab Lik Harjimo mewakili
Lik Trimo.
Semua yang hadir tertawa mendengar jawaban Lik
Harjimo.
“Pokoknya harus dijaga lo, Lik. Sehat itu penting!”
“Iyo, iyo, Le ... insyaallah,” akhirnya Lik Trimo
mengiyakan.
Titin dan Tarna pun tak kalah sedih berpisah dengan
teman-temannya. Mereka bersalaman satu per satu.
Tiyo, Kelik, Ratna, Iis, Sunar, Joko, Lili, Milah, Tini,
Prapti, dan masih banyak lagi. Mereka tampak menahan
isak.
15
Setelah semua barang terkemas rapi. Pak Harja dan keluarganya
berpamitan dengan para tetangga dan handai tolan. Satu per satu mereka
bersalaman.
16
Pak Harja dan keluarga tiba di rumah barunya.
Beberapa tetangga baru pun datang berkunjung.
Selain berkenalan, mereka juga membantu menurunkan
barang-barang dari mobil.
Pak Harja, Bu Harja, Titin, Tarna, dan dibantu
beberapa tetangga baru sibuk mengatur barang-barang
yang dimasukkan ke dalam.
Setelah itu, sambil melepas lelah, mereka beramah-
tamah saling memperkenalkan diri.
Di asrama, Titin mempunyai dua teman baru. Susi
namanya, rumahnya di sebelah utara rumah Titin.
Satunya lagi bernama Wati, rumahnya di sebelah timur
rumah Titin. Mereka selalu bermain bersama.
Sementara itu, Tarna belum punya teman sebaya.
Oleh karena itu, ia pun ikut bermain bersama Titin dan
teman-temannya.
Waktu terus berlalu, Titin dan Tarna mulai
merencanakan untuk bertanam di halaman rumah
barunya. Keduanya berencana menanam tanaman yang
telah dibawa dari desa.
17
Titin dan Tarna menanam bunga dan tanaman apotek
hidup. Halaman rumahnya tidaklah luas. Setiap hari
tanaman itu selalu disiram.
Tarna juga memelihara burung merpati. Merpati itu
diberi makan jagung dan gabah.
Suatu hari, Susi dan Wati bermain di rumah Titin.
Mereka melihat tanaman Titin dan Tarna di halaman
rumah. Susi dan Wati penasaran, kemudian mereka
menanyakan nama tanaman di apotek hidup dan
kegunaannya.
Titin pun menjelaskan tentang tanaman miliknya itu.
Pengetahuan itu didapat dari neneknya di desa.
“Tin, ini pohon apa?” tanya Susi.
“Ini pohon dadap,” jawab Titin.
“Buat apa?” Wati ikut bertanya.
“Daun pohon dadap yang diremas-remas kemu dian
ditempelkan di dahi dapat sebagai obat penurun panas.”
Susi dan Wati mengamati tanaman pohon dadap.
“Kemudian jika ditumbuk halus dan dioleskan di atas
kulit yang gatal dapat menghilangkan rasa gatal-gatal
tersebut,” lanjut Titin.
18
Ketika mereka melihat Tarna sedang memotong
dahan jeruk, mereka bertiga mendekati Tarna.
“Tar, ini jeruk apa?” tanya Wati karena merasa asing
dengan pohon jeruk yang buahnya kecil itu.
Tarna terlihat terkejut. “Maa ... na yang mbak Wati
tanyakan?” jawab Tarna gagap.
“Ini jeruk apa?” Wati mengulang.
“Oh, ini to. Ini jeruk nipis namanya. Buahnya yang
sebesar bola pingpong ini, selain untuk membuat minuman
segar, bisa digunakan sebagai obat,” jawab Tarna.
“Obat sakit apa, Tar?” tanya Susi lagi.
“Jeruk nipis dipanaskan di atas api, diberi sedikit
kecap, kemudian diminum, akan menyembuhkan sakit
batuk,” jawab Tarna.
“Kemudian, jika air jeruk nipis ini dicampur air kapur
serta minyak kelapa, dapat digunakan sebagai kompres
pereda sakit panas,” lanjut Tarna
Susi mengajak Wati untuk lebih mengamati jeruk
nipis tersebut.
Setelah puas mengamati jeruk nipis tersebut, mereka
bertiga berjalan untuk melihat tanaman yang lain.
“Sus, kamu tahu nama jeruk ini?” tanya Titin men-
coba memancing pembicaraan.
“Aku tahu, ini namanya jeruk kingkit, aku mengenal
jeruk ini di rumah Bibi,” jawab Susi.
19
“Menurut bibiku, jeruk kingkit dapat digunakan
sebagai obat. Air jeruk kingkit dapat digunakan sebagai
obat batuk, kemudian jika rebusan daunnya diminum,
dapat bermanfaat sebagai obat sakit perut,” Susi
menerangkan.
“Iya, kau benar,” Titin mengiyakan.
“Sepertinya aku mencium bau harum,” kata Susi.
“Bau harum ini berasal dari bunga melati,” jawab
Titin.
Mereka kemudian mendekati tanaman melati.
“Bunga melati putih yang indah ini dapat digunakan
sebagai obat jerawat. Caranya, bunga ini dicampur
dengan air jeruk dan kemudian dioleskan di tempat yang
berjerawat,” terang Titin.
“Apa ada kegunaan pohon melati yang lain?”
“Ada. Pohon melati itu bunganya juga dibuat
campuran teh. Di beberapa pabrik teh mereka men-
campurnya sehingga teh yang dihasilkan akan berbau
harum. Biasanya teh dengan campuran bunga melati
disebut jasmine tea.”
Susi dan Wati mengangguk-angguk mendengarkan
penjelasan Titin.
“Tetapi ada orang yang tidak suka dengan teh yang
berbau harum.”
20
Pohon melati bunganya harum dan mempunyai banyak kegunaan. Di
antaranya sebagai obat jerawat, pengharum teh, dan hiasan pada
pengantin.
“Ohh, iya, memang. Pamanku pun tidak suka teh
yang harum.”
“Iya memang kesukaan orang berbeda-beda.”
“Ada lagi kegunaan bunga melati, kalian tahu enggak?”
“Eee ... apa, ya?” Susi terlihat mengingat ingat
sesuatu.
“Sebagai bunga hiasan pengantin.”
“Benar sekali kau, Sus.”
“Bunga berwarna kuning ini bagus sekali,” ucap Susi.
Sumber : Dokumen Penulis
21
“Kalau aku, tidak tertarik, baunya tidak sedap,” kata
Wati.
“Apa nama pohon ini, Tin?” tanya Susi.
“Pohon ini bernama ketapang kerbau, pohon ini bisa
tumbuh besar,” jawab Titin.
Titin, Susi, dan Wati mendekati pohon berbunga
kuning seperti yang dimaksud Susi. Pohon ketapang itu
tumbuh subur sekali. Daunnya kecil-kecil berwarna hijau
tua berjajar sepanjang tangkai daunnya.
“Daunnya seperti daun turi, ya?”
“Iya, tapi lebih besar.”
Emang bisa untuk obat?” tanya Susi kembali.
“Bisa. Air rebusan daunnya dicampur dengan air
dingin untuk mandi, dapat menghilangkan penyakit kulit
gatal-gatal.” jawab Titin.
“Waah, ada juga kegunaannya, ya?”
“Iya, makanya sengaja ditanam untuk berjaga-jaga
jika ada yang sakit.”
Susi dan Wati mengangguk-angguk.
Wati memegang selembar daun yang terlihat aneh.
“Saya sudah tahu nama tanaman ini,” kata Wati.
“Tanaman apa namanya?” tanya Susi.
“Lidah buaya,” jawab Wati.
“Kamu tahu juga kegunaannya?” tanya Susi kembali.
22
Ketapang kerbau dapat digunakan sebagai obat. Misalnya, air rebusan
daunnya bisa jadi obat batuk, sedangkan daun yang ditumbuk dapat
menyembuhkan sakit kulit.
“Daun lidah buaya ini dapat menyuburkan rambut
apabila dipakai untuk keramas. Jika dikompreskan di
dahi, dapat menurunkan suhu badan,” jawab Wati.
“Apakah ada kegunaan lain?” tanya Susi.
“Jika ditumbuk halus kemudian ditempelkan di bisul,
akan mengurangi rasa sakit,” Wati menerangkan.
“Betul sekali ucapan Wati itu, nenekku juga pernah
bilang seperti itu,” sahut Titin.
“Kalau yang ini namanya bunga mawar,” teriak Tarna
dari kejauhan sambil menunjuk sekuntum bunga mawar.
Sumber : Dokumen Penulis
23
“Oh, saya tahu itu,” jawab Susi.
“Gunanya untuk rangkaian bunga, ‘kan?” ucap Susi
lagi.
“Tidak hanya itu,” jawab Tarna.
Lidah buaya termasuk tanaman apotek hidup. Daunnya dapat berguna
untuk menyuburkan rambut. Selain itu, lidah buaya dapat juga untuk
obat kompres menurunkan badan yang panas.
“Selain bunganya yang indah, mawar juga bisa
digunakan sebagai obat penyakit gabak atau campak,”
ucap Tarna menjelaskan.
Tanaman mawar merah yang sedang berbunga lebat
itu tampak menarik. Selain kelopak bunganya besar-
besar, baunya harum sekali. Anak-anak itu tampak saling
bergantian mencium bunganya.
Sumber : Dokumen Penulis
24
“Awas hati-hati loh, banyak durinya,” ujar Tarna
mengingatkan teman-temannya.
“Ayo, kita lihat bunga yang lain,” ajak Titin kepada
Susi dan Wati.
Mereka berjalan mendekati sebuah pohon yang
sedang berbunga.
“Ini bunga apa, Tin?” tanya Susi.
“Bunga pacing,” jawab Titin.
“Gunanya apa, Tin?” tanya Wati.
“Pohon pacing yang berwarna merah ini digunakan
untuk obat sakit perut dan mencret. Caranya, batang
daun pacing ditumbuk halus, dikasih garam sedikit.
Kemudian, hasil tumbukan diperas, airnya diminum.
Tempo dulu, kata Nenek, memerasnya tidak pakai
saringan, tetapi memakai saputangan. Meminumnya
dengan cara mencekokkan kepada anak,” ucap Titin
menerangkan.
Angin semilir membuat mereka kerasan mengobrol.
Tiba-tiba ... bluk, sebuah pepaya kecil jatuh di dekat
mereka.
“Apa itu?” celetuk Susi kaget.
Wati pun mengamati benda yang jatuh.
“Oh itu pepaya grandel,” jawab Titin singkat. Ia
menyebut pohon pepaya yang berbuah kecil dan banyak
bunga yang muncul dari sela-sela batang daunnya.
25
“Kalau pepaya ... apa Tin?”
“Pepaya grandel,” sahut Tarna.
“Oh iya. Apa juga ada kegunaannya?”
“Ada, untuk obat sakit perut.”
“Daun pepaya berguna untuk mengobati perut kem-
bung, apakah ada kegunaan yang lain?” tanya Susi.
“Buahnya yang masih muda, apabila dipanaskan di
atas api dapat untuk mengobati telapak kaki yang sakit
karena kapalen, dengan cara menginjak-injaknya,” jawab
Titin.
“Tar, apakah ibumu suka makan daun sirih?” tanya
Susi.
Pohon pacing yang bunganya berwarna merah ini berguna untuk obat
sakit perut. Kalau menceret, dapat diobati dengan minum air perasan
tumbukan daun batangnya.
Sumber : Dokumen Penulis
26
“Tidak,” jawab Tarna.
“Lalu kenapa sirih ini kau tanam?” tanya Susi kembali.
“Sirih banyak manfaatnya,” jawab Tarna
“Apa manfaatnya, Tar?” tanya Wati.
“Rebusan daun sirih ini, jika diminum, dapat meng -
hilangkan batuk. Jika dipakai berkumur, dapat meng-
hilangkan sariawan dan bau napas tidak segar. Di
samping itu, rebusan daun sirih ini bisa digunakan untuk
mencuci mata yang sakit atau kemerahan hingga dapat
sembuh kembali,” ucap Tarna menerangkan.
Susi dan Wati sangat kagum dan gembira men-
dengarkan keterangan dari Tarna.
“Mbak Susi, coba lihat bunga tapak dara ini,” ajak
Tarna.
“Cantik sekali warnanya,” ucap Susi singkat.
“Apa manfaatnya, Tar?” tanya Susi.
“Menurut Nenek, air rebusan daun tapak dara ini
dapat menyembuhkan penyakit kencing manis,” jawab
Tarna.
“Ini tanaman apa, Tar?” tanya Wati menunjuk
tanaman berdaun panjang-panjang.
“Tanaman jahe,” Tarna menjawab dengan mantap.
27
Eee ... salah, ini tanaman laos,” sahut Titin meralat
jawaban Tarna.
“Tanaman laos ini berguna sebagai bumbu ma sakan.
Air perasan laos, apabila diminum, juga dapat di gunakan
sebagi obat perut kembung. Jika digosok kan berkali-kali
pada kulit yang terkena panu, dapat menghilangkan panu
tersebut,” ucap Titin me ne rangkan.
Kemudian, mereka pergi melihat tanaman jahe.
“Ini baru tanaman jahe,” ucap Titin menunjuk
tanaman jahe yang berdaun runcing-runcing dan lebih
kecil daripada daun laos.
“Rimpang tanaman jahe dapat digunakan untuk
mem buat minuman. Caranya, jahe dibakar dan di tumbuk
kasar, kemudian diberi air yang panas. Maka, ketika di-
minum, akan terasa hangat di badan. Air jahe ini selain
bisa menghilangkan batuk, juga bisa menghilangkan
masuk angin. Jahe dapat digunakan sebagai bumbu
masakan,” ucap Titin kembali.
“Tanaman ini hampir sama dengan tanaman jahe,
tetapi namanya berbeda,” kata Tarna.
“Namanya apa, Tar?” tanya Wati dan Susi serem pak.
“Ini lempuyang,” jawab Tarna
“Lempuyang dapat digunakan sebagai bumbu
masakan, namanya jubleg. Jika dicampur dengan cabe,
dapat menjadi jamu, bisa menghilangkan rasa lelah, jamu
28
cabe puyang namanya. Lalu, apabila ditumbuk halus,
dapat digunakan sebagai obat borok kepala,” ucap Tarna
kembali.
“Ayo, kita lihat tanaman lain,” ajak Titin.
Titin memetik daun dari pot.
“Coba hirup daun ini!” kata Titin kepada Susi dan
Wati.
“Segar,” jawab mereka bersama.
“Tanaman kencur sangat banyak faedahnya. Selain
untuk obat, tanaman ini juga sebagai bumbu masakan,”
ucap Titin menerangkan.
“Apakah kamu bisa memberi contoh, Tin?” tanya Susi.
“Daunnya yang mentah, apabila dimakan, akan
menghilangkan bau keringat. Rimpangnya dapat me-
legakan pernafasan dan pereda batuk,” jawab Titin.
“Apakah tanaman ini ada hubungannya dengan
minuman beras kencur?” tanya Wati.
“Ada, minuman beras kencur itu merupakan hasil dari
perasan kencur dan beras yang ditumbuk halus. Ampas
dari tumbukan ini bisa digunakan sebagai param untuk
menghilangkan pegal badan,” jawab Titin menjelaskan.
Tarna menunjuk pada salah satu pohon yang berbunga
warna merah dan mirip dengan tanaman jarak. “Ini
pohon yodium,” kata Tarna.
29
“Gunanya untuk apa, Tar?” tanya Wati.
“Getah tanaman yodium dapat digunakan untuk
mengobati luka baru,” jawab Tarna.
“Kalau yang ini namanya pohon jarak,” kata Tarna
sambil memegang tanaman jarak.
“Getah tanaman ini bisa digunakan untuk meng-
obati luka baru. Apabila getah itu dicampur dengan
sedikit garam, kemudian ditempel pada gigi yang sakit,
Sumber : Dokumen Penulis
“Ini namanya pohon yodium. Getah tanaman yodium dapat digunakan
untuk mengobati luka baru,” ujar Tarna menjelaskan kepada Susi dan
Wati.
30
dapat menyembuhkan gigi yang sakit tersebut,” Titin
menerangkan.
“Biji jarak dapat diambil minyaknya sebagai obat sakit
kulit,” kata Tarna menyambung ucapan Titin.
Wati dan Susi menganggukkan kepala tanda me-
ngerti.
“Hai, coba tebak apa nama tanaman ini?” tanya Titin
kepada Susi dan Wati.
“Temu lawak,” jawab Wati dan Susi serempak.
“Bukan, itu namanya kunyit,” ucap Tarna.
“Rimpang tanaman ini digunakan sebagai bumbu
masakan. Bisa juga dibuat minuman dengan cara
dicampur dengan buah asam. Minuman ini dikenal dengan
nama kunyit asam,” Titin menerangkan,
“Kata Nenek, air perasan kunyit juga dapat diguna kan
sebagai obat sakit perut, kemudian ampasnya dioleskan
melingkar di perut,” Tarna menyambung keterangan
Titin.“Ini namanya tanaman temu lawak,” kata Tarna
sambil menunjuk sebuah tanaman yang mirip tanaman
kunyit.
“Oh, pantas tadi aku keliru, tanamannya hampir
sama,” ucap Susi.
“Rimpang tanaman ini bisa dibuat untuk bahan
minuman segar, di samping menambah nafsu makan,
juga bisa melancarkan air seni,” ucap Tarna men jelaskan.
31
“Jika dioleskan pada bisul, eksem, dan penyakit
kulit lainnya, juga bisa menyembuhkan,” kata Titin
menyambung penjelasan Tarna.
“Sedangkan yang ini namanya tanaman temu ireng,
hampir mirip dengan kunyit, tetapi daun bagian te-
ngahnya berwarna hitam. Air perasan temu ireng se lain
menambah nafsu makan, juga bisa menyembuhkan perut
kembung,” kata Titin menjelaskan sambil ta ngan nya
menunjuk sebuah tanaman.
“Apa nama buah ini, Tin, kok bentuknya mirip dengan
bunga?” tanya Susi.
Titin ternyata lupa namanya, demikian pula Tarna.
Untunglah Bu Harja, ibu Titin sedang berada di
teras. “Itu namanya kapulaga,” kata Ibu Harja sambil
mendekat.
Susi, Wati, Titin, dan Tarna mengamati tanaman
kapulaga.
“Kapulaga ini dapat digunakan sebagai campuran
jamu tradi sional, campuran bedak, dan bumbu masakan.
Selain itu kapulaga dapat digunakan sebagai obat pereda
sakit panas. Caranya, ditumbuk, kemudian dicampur
dengan air panas, disaring, dan airnya diminum,” ucap
Bu Harja menjelaskan.
Selesai menjelaskan, Bu Harja mengajak kedua anak-
nya dan teman-teman mereka menuju teras un tuk minum
dan makan pisang rebus yang telah di siap kan.
32
“Anak-Anak, ayo kita ke belakang rumah!” ajak Bu
Harja
“Ada apa, Bu, pergi ke belakang?” tanya Titin
keheranan
“Iya, Bu, ini baru asyik omong-omong,” sahut Susi.
“Dengar baik-baik, kalian mau saya ajak melihat
tanaman pagar pembatas di belakang rumah,” ajak Bu
Harja.
“Tanaman pagar apa, Bu?” tanya Wati penasaran
dalam angan-angannya pagar kok ditanam.
“Tanaman pagar adalah pagar atau batas rumah yang
ditanami tanaman. Tanaman itu terdiri atas pohon yang
hampir punah atau langka. Jenis tanamannya adalah
cowekan, luntas, girang, waung, mahkota dewa, adas,
pula waras (padmanaba), zodia,” jelas Bu Harja.
”O ... aku baru tahu.” Mereka serantak menjawab.
“Nama pohon-pohonnya kok menarik, ya.” sahut Susi.
“Iya, ada nama dewa dan seperti nama wayang-
wayang.” Tarno menyambung.
“Betul itu, Dik,” ucap Titin.
Titin kemudian meneruskan “Kamu ingat tidak apa
arti mahkota?”
“Oo … ya ingat, topi,” jawab Tarna
33
“Siip, nilaimu lima, karena tidak tepat jawabanmu,”
jawab Titin
Lha kok lima nilainya?”
“Kata Kakek, mahkota itu topi yang dipakai raja atau
dewa, dalam cerita wayang,” komentar Titin.
“Ada juga yang menakutkan namanya waung, seperti
anjing di malam hari,” sahut Wati gemetar.
“Uhh … kamu takut hanya dengan nama waung, terus
membayangkan malam hari yang seram?” sambung Titin.
“Mari, kita segera ke sana!” ajak Bu Harja
“Ayo …!” Terdengar suara bersamaan seperti diberi
komando.
Mereka berlari menuju ke belakang rumah.
Ternyata Titin berlari lebih cepat dibandingkan
dengan teman-temannya. Dia memanggil Wati.
“Wati, ayo segera ke sini, di belakang rumah tidak
ada waung, jangan takut,” seru Titin.
“Iya, Aku sudah di belakangmu,” jawab Wati senang.
“Bu, ini kok ada pagar pohon cemara. Nanti kalau
besar kena angin, roboh mengenai rumah kita, Bu?”
tanya Titin
“Itu bukan pohon cemara, itu pohon adas. Daunnya
seperti cemara, tetapi pohonnya tidak dapat tinggi,
hanya untuk pagar,” jawab Bu Harja.
34
Saat itu Susi dan Wati mendengarkan percakapan
Titin dan ibunya.
“Ada seperti nama anak,” sahut Wati
“Nama tumbuhan yang mana?” tanya Tarna
“Itu lo zodia, seperti nama siswa kelas 2,” jawab Wati
“O ya, ingat adik Fajar?” jelas Tarna.
“Tepat jawabanmu,” ujar Wati
Sumber : Dokumen Penulis
Tanaman adas yang daunnya mirip daun cemara, buahnya untk campuran
jamu.
35
Wati kemudian mendekati Bu Harja dan bertanya.
“Bu, tanaman zodia itu mana?” tanya Wati.
“Ini, Nak, yang daunya kecil memanjang.” jawab Bu
Harja.
Wati segera memetik daun zodia itu dan menciumnya.
Tiba-tiba “Uek … uek! ” Wati hampir saja muntah-
muntah.
“Ada apa, Mbak?” Titin mendekati Wati.
“Tanaman kok baunya seperti obat nyamuk, tidak
sedap,” jawab Wati
“Betul, baunya seperti obat nyamuk. Kata Kakek atau
Mbah Purwo, pohon itu memang sebagai obat nyamuk.
Pohon itu, asalnya dari Papua, oleh-oleh Kakek saat
menjaga perbatasan antara Papua Nugini dan Papua
Barat. Kakekku adalah tentara di Yonif 403.” jelas Titin.
“Oo, bagaimana cara menggunakannya?” tanya Wati.
Titin menjelaskan, remaslah daun zodia, lalu usapkan
ke seluruh tubuh. Bila tanaman ada di dalam pot,
letakkan tanaman zodia di ruangan dekat jendela.
Bu Harja mendatangi anak-anak yang mengagumi
pohon zodia.
“Anak-Anak, ayo kita lanjutkan berkenalan dengan
tanaman pagar yang lain,” ajak Bu Harja.
36
Masih sambil menikmati pisang rebus, mereka
mengobrol tentang tanaman-tanaman yang baru saja
mereka lihat. Saat itu, Susi dan Wati mendapatkan ide
yang bagus.
Mereka ingin mengembangbiakkan tanaman itu.
Mereka memilih halaman pemandian umum sebagai
tempat untuk menanam tanaman apotek hidup ter sebut.
Mereka memilih halaman pemandian umum karena akan
mudah menyiram dan merawatnya.
Sumber : Dokumen Penulis
Ini pohon zodia. Pohon ini fungsinya untuk mengusir nyamuk. Caranya
daun pohon zodia diremas remas lalu diusahkan pada bagian tubuh
37
Susi dan Wati datang membantu. Mereka bersama-sama menanam
tanaman apotek hidup.
38
Mereka setuju dengan usulan itu.
Pembuatan apotek hidup segera dimulai.
Titin dan Tarna membuat petak di halaman pe-
mandian umum.
Susi dan Wati datang membantu. Mereka bersama-
sama menanam tanaman apotek hidup.
Beberapa hari kemudian tanaman mulai tumbuh.
Titin, Tarna, Susi, dan Wati sangat gembira.
Tanaman itu terlihat semakin subur.
Sementara itu, anak-anak asrama yang lain, Tanto,
Agus, dan Yanti tidak senang dengan ide Susi dan
kawan kawannya saat mereka melihat apotek hidup yang
ditanam di halaman pemandian umum.
Mereka tidak senang karena hanya membuat kotor
halaman pemandian umum tersebut. Tanaman apotek
hidup itu pun kemudian mereka cabuti.
Untunglah Titin, Tarna, Susi, dan Wati melihat
kejadian itu.
“Hei, jangan dicabuti!” seru Susi.
Emang kenapa, ini ‘kan bukan tanahmu!” sergah
Tanto.
Mereka pun saling berdebat. Kedua kelompok itu
saling beradu pendapat. Sampai akhirnya, kelompok
Tanto kalah dan mereka melarikan diri.
39
“Ini cuma mengotori tempat saja,” jawab Tanto. Titin berusaha
menerangkan kegunaan tanaman-tanaman itu. Keduanya berdebat seru
dan berakhir dengan Tanto, Agus, dan Yanti melarikan diri.
40
Titin, Tarna, Susi, dan Wati sangat sedih.
Semua tanaman yang sudah mereka tanam menjadi
rusak, tetapi mereka tidak marah.
Mereka berdoa, semoga teman-temannya sadar dari
ulah yang merugikan orang lain itu.
Suatu hari, Tanto, Agus, dan Yanti memetik mangga
muda. Pohon itu tidak jauh dari pemandian umum. Tanto
dan Agus yang memanjat pohon. Yanti menunggunya di
bawah.
“Oi ... Yan ... tangkap ya mangganya!” seru Tanto.
“Okeeee!” jawab Yanti dari bawah. Tangannya
tertangkup siap menangkap mangga dari Tanto.
“Siaaap, yak!”
Yanti menyambut mangga dengan gesit dan tangkas.
Mangga itu berhasil diperolehnya.
“Gantian, Yan. Sekarang giliranku. Tangkap, ya!”
seru Agus kemudian.
“Sabaaar. Aku letakkan dulu mangga ini.”
“Siap, Yan?”
“Siaaap!” Dan settt ... kali ini pun Yanti berhasil
menangkap lemparan mangga dari Agus.
41
Demikian berulang-ulang dan bergantian Tanto dan
Agus melemparkan mangga dan berhasil ditangkap
Yanti. Yanti ternyata memang jago menangkap mangga .
“Sudah, aku capai nih! Tanganku pegal dan mulai
sakit!” keluh Yanti kemudian.
“Bentar ... masih sedikit mangganya!” balas Agus.
“Iya, kita petik yang banyak!” seru Tanto.
“Halahh ... ini sudah banyak!”
“Banyak gimana, baru juga lima. Kalau dibagi untuk
kita bertiga, masih kurang!”
“Ya sudah, tambah satu lagi, ya?” tawar Yanti.
Enggak! Aku pengin dapat lima. Kalau kalian rela
enggak dapat bagian, ya sudah. Mangga itu untukku
semua!” ujar Tanto dari atas pohon.
“Wooo ya enggak bisa! Itu namanya serakah, Bro!”
sergah Agus.
“He he he ... boleh saja. Tapi kamu tangkap sendiri.
Mangga ini akan kubagi dengan Agus!” jawab Yanti dari
bawah.
Lo ... awas kau Yan kalau berani! Tahu rasa kamu!”
ancam Tanto.
“He he he, bercanda kok!” Yanti geli melihat wajah
Tanto.
42
Sejak jatuh dan ditolong Titin dan Tarna, Tanto jadi
berubah baik. Tanto dan teman-temannya datang ke
rumah Titin.
“Maafkan aku, ya Tin,” ucap Tanto kepada Titin.
“Iya, sudah aku maafkan kok.”
“Kita berteman mulai sekarang.”
“Tentu. Aku senang dapat berteman dengan ka lian.
Bukankah lebih baik jika kita berteman daripada
Tanto bersemangat memetik mangga sehingga tak sadar pegangan
tangannya terlepas dari dahan pohon. “Bruk!” Tiba-tiba Tanto pun
terjatuh ke tanah.
43
Bruukk ...!” Tiba-tiba Tanto terjatuh. Dia me nangis
dan mengaduh kesakitan. Kakinya luka-luka.
Titin melihat kejadian itu dari jendela rumahnya. Dia
kemudian memanggil Tarna.
“Tar, ke sini. Itu lihat Tanto jatuh dari pohon
mangga,” kata Titin
“Biarkan saja, Kak, biar tahu rasa. Itu upahnya anak
jahat,” ujar Tarna dengan geram.
“Apa kamu tega mendengarkan suara tangisan itu?”
tanya Titin
“Tidak, seandainya aku yang jatuh juga akan
menangis,” jawab Tarna.
“Ayoo, kita bantu saja!” ajak Titin.
“Ayo, kita ke sana!” ajak Tarna tak sabar.
“Tenang, jangan tergesa, kita pembagian tugas dulu.”
ucap Titin kepada adiknya.
“Siap, Komandan,” jawab Tarna.
“Aku mendatangi Tanto, kamu memetik daun yodium
yang ada di depan pemandian umum. Memetik jangan
hanya satu, membawanya jangan tergesa-gesa. Nanti
getahnya dapat jatuh menetes di tanah,” jelas Titin.
“Siap, Bos!” jawab Tarna sambil lari ke luar rumah.
Kemudian, Titin mendatangi Tanto yang menangis
kesakitan.
44
“Jangan menangis, Dik, tunggu sebentar. Tarna baru
mencarikan obat,” bujuk Titin kepada Tanto.
“Ya, Kak, terima kasih,” jawab Tanto sambil
menangis.
Tarna datang dengan membawa daun yodium.
“Kak, ini obatnya,” kata Tarna.
“Terima kasih,” jawab Titin.
“Pegang kaki Tanto!” perintah Titin kepada adiknya.
Kemudian, Tarno memegang kaki Tanto. Diolesinya
luka di kaki Tanto dengan tlutuh (getah) daun yodium.
“Aduh …! Aduh … duh…!” Tanto meringis kesakitan.
Sementara itu, Tarno tetap memegangi kaki Tanto
dengan kencang.
“Tenang, nanti akan segera sembuh,” ucap Titin
“Terima kasih, Kak,” jawab Tanto sambil menahan
sakit.
45
Tenteram
Hatiku
46
Sejak jatuh dan ditolong Titin dan Tarna, Tanto jadi
berubah baik. Tanto dan teman-temannya datang ke
rumah Titin.
“Maafkan aku, ya, Tin,” ucap Tanto kepada Titin.
“Iya, sudah aku maafkan kok.”
“Kita berteman mulai sekarang.”
“Tentu. Aku senang dapat berteman dengan ka-
lian. Bukankah lebih baik jika kita berteman daripada
bermusuhan?”
“Betul,” sambung Yanti.
“Aku juga minta maaf, Tin,” sahut Agus yang dari
tadi hanya diam saja.
“Tentu, Gus.”
Mereka mengucapkan terima kasih atas pertolong an
Titin. Mereka menyesal telah mencabuti tanaman Titin
yang ternyata sangat bermanfaat. Tanto, Agus, dan
Yanti memohon maaf dan berjanji akan membantu Titin.
Tanto, Agus, dan Yanti kini bersahabat dengan Titin,
Tarna, Susi, dan Wati.
Mereka bersama-sama menanam kembali tanaman
apotik hidup yang kemarin telah rusak. Tanaman apotek
hidup itu semakin tumbuh subur. Mereka sangat
bergembira.
47
Tepat pada tanggal 1 Juli, ada peringatan Hari
Bhayangkara di asrama. Kepala asrama sangat kagum
atas keberhasilan Titin bersama temannya. Kepala
asrama senang karena mereka peduli terhadap ling-
kungan. Pemandian umum yang dahulu gersang kini
tampak hijau kembali.
Mereka bekerja giat untuk menanam apotik hidup.
Oleh karena itu, mereka diberi penghargaan dan hadiah
atas jerih payah dan keberhasilan usahanya.
Tanaman temu lawak, kunyit, jahe, temu ireng,
kencur, dan sebagainya kini sudah tua. Mereka meng-
gali tanaman itu. Rimpangnya dibawa pulang dan di jual
kepada seorang penjual jamu gendong.
Mereka datang ke rumah Bu Marsiyah yang ada di
belakang asrama. Kebetulan hari itu Bu Marsiyah tidak
pergi berjualan.
Kulo nuwun...,“ ucap mereka.
Mangga, mangga …,” jawab Bu Marsiyah dengan
ramah.
“Ada apa, Nak, kok pagi-pagi datang ke sini?”
tanya Bu Marsiyah.
“Ya, Bu, ini kami mau menjual bahan jamu.” jawab
Titin.
48
Tentunya mereka harus belajar giat untuk meraih
cita-cita itu.
“Kalau kamu mau jadi apa, Tanto?”
“Apa ya...?” Tanto masih belum punya cita cita yang
jelas. “atau aku mau jadi petani buah saja ya? Nanti aku
ingin menanam pohon mangga yang tidak terlalu tinggi
sehingga anak yang memanjat kalau jatuh tidak sakit.
Seperti aku dulu....”
“He he he... kamu belum bisa melupakan pengalam an
jatuh dari pohon mangga ya.”
“He he he... iya. Cukup sekali itu saja aku me-
rasakannya.”
“Maafkan aku, Tin,” ucap Tanto penuh penyesalan. “Kau telah ber baik
hati mau menolongku saat jatuh dari pohon mangga kemarin,” lanjutnya.
49
“Oo … ya …, sudah dipanen ta empon-emponnya?”
tanya Bu Masiyah.
“Sudah, Bu,” jawab mereka.
“Bawa masuk saja gak apa-apa. Ayo, kita pergi ke
dapur,” ajak Bu Marsiyah.
Kemudian, mereka masuk ke dapur tempat
pengolahan jamu sambil membawa empon-empon.
Sampai di dapur anak-anak itu menjadi bingung
campur senang. Ternyata, di sebelah tempat pengolahan
jamu, sudah tertata rapi jamu olahan yang dikeringkan.
Perasaan Titin untuk mengetahui hasil olahan
jamu tidak terbendung.
“Bu, kok ada jamu kering ini beli dari mana?” tanya
Titin.
“Ini tidak membeli Nak, tetapi bikin sendiri.”
jawab Bu Marsiyah.
“Aku tahunya Ibu hanya membuat jamu gendong,”
sahut Tarno tak sabar.
“Ya, usaha pembuatan jamu kering ini baru enam
bulan. Pengolahan jamu kering ini dilakukan oleh Hendra,
anak sulungku,” jawab Bu Masiyah.
50
“Sekolah di mana, Bu?” tanya Titin tak sabar.
“Anakku sekolah jurusan apoteker jamu herbal,”
jawab Bu Masiyah.
“Oo … sip itu, Bu,” jawab mereka serentak dengan
rasa heran.
“Ayo, tak buatkan minuman hasil olahan anakku,”
ajak Bu Marsiyah.
Mereka kemudian dibuatkan minuman jamu hasil
olahan Hendra.
Titin dan Wati memilih beras kencur. Tarna
memilih jahe secang, sedangkan Wati memilih wedang
uwuh.
Bu Marsiyah menyediakan gelas, air hangat, dan
sendok untuk mengaduk pembuatan minuman jamu.
Mereka membuat seduhan jamu sesuai petunjuk
Bu Marsiyah. Kemudian, anak-anak itu meminumnya.
“Segar …,” ucap mereka sambil mengacungkan
jempolnya.
51
Sebagai tanda rasa syukur, mereka mengadakan pesta
dari hasil penjualan tanaman apotek hidup tersebut.
Semua datang ke acara syukuran tersebut. Titin,
Tarna, Susi, Wati, Tanto, Agus, dan Yanti bergembira.
Sambil bercanda, mereka menceritakan pengalaman
dan cita-citanya. Titin bercita-cita menjadi seorang
apoteker. Tarna ingin menjadi insinyur pertanian. Wati
ingin menjadi dokter. Susi ingin menjadi pengusaha jamu
tradisional.
Tentunya mereka harus belajar giat untuk meraih
cita-cita itu.
“Kalau kamu mau jadi apa, Tanto?”
“Apa ya ...?” Tanto masih belum punya cita-cita yang
jelas, “atau aku mau jadi petani buah saja, ya? Nanti aku
ingin menanam pohon mangga yang tidak terlalu tinggi
sehingga anak yang memanjat, kalau jatuh, tidak sakit
seperti aku dulu ....”
“He he he ... kamu belum bisa melupakan pengalam an
jatuh dari pohon mangga, ya?”
“He he he ... iya. Cukup sekali itu saja aku me-
rasakannya.”
“Hahaha ....” Seisi ruangan tertawa mendengar
kalimat Tanto.
T A M A T
52
Sebagai tanda rasa syukur, anak-anak itu mengadakan syukuran ala
kadarnya. Semua datang dan bergembira karena dapat berkumpul
bersama teman-teman.
53
Glosarium
apoteker, ahli dalam ilmu obat-obatan; yang ber wenang
membuat obat untuk dijual
apotek hidup, sebagian tanah yang ditanami tanaman
obat-obatan untuk keperluan sehari-hari
asrama, bangunan tempat tinggal bagi sekelompok orang
untuk sementara waktu, terdiri atas sejumlah kamar,
dan dipimpin oleh seorang kepala asrama
cabe, sejenis tanaman seperti pohon merica bukan cabai
untuk sambal
cah ndeso, anak desa, sebutan untuk anak yang tinggal
di desa
cemplang, hambar, tak ada rasanya
ide, rancangan yang tersusun di dalam pikiran, gagasan
jubleg, semacam sayuran terbuat dari kedelai hitam
direndam, ditumbuk, dicampur dengan kelapa
kemudian disayur
kapalen, adalah jenis penyakit kulit di telapak kaki yang
menebal dan bernanah
lahan, tanah terbuka; tanah garapan
54
lik, itu sebutan adik ibu atau bapak, laki laki maupun
perempuan
mencekokkan, meminumkan dengan paksa setiap waktu
yang telah ditentukan
55
Daftar Pustaka
Anawati,Balkiah. 1996. Jamu dan Obat Kuna Mujarab.
Surabaya: Anugerah
Gembong Tjitrosepomo. 1994. Taksonomi Tumbuhan
Obat-obatan.Yogyakarta:Gajah Mada University Press
Ikhwan. 1986. Tumbuh-tumbuhan untuk Ramuan Obat.
Jakarta: Ristherik.
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi
Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka
Koen, Willie. 1990. Tetumbuhan. Jakarta: Tira Pustaka.
Oswald Tampubolon.1981. Tumbuhan Obat. Jakarta:
Bratara Karya Aksara.
Paul Naiola.1986.Tanaman Budi Daya Indonesia serta
Manfaatnya. Jakarta: Yosaguna.
Sarjito, M. 1993. Tumbuhan Berkhasiat Obat. Jakarta:
Sari Jaya Lestari.
Setiawan Dalimartha. 2005. Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia Jilid 3. Jakarta: Puspaswara.
Setiawan Dalimartha. 2006. Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia Jilid 1. Jakarta: Trubus Agri Widya.
Setiawan Dalimartha. 2006. Atlas Tumbuhan Obat
Indonesia Jilid 2. Jakarta: Trubus Agri Widya.
56
Thomas.1989.Tanaman Obat Tradisional.Yogyakarta:
Kanisius.
Wawancara: Mujinah (70 tahun), dukun bayi ber tempat
tinggal di Panjangrejo, Pundong, Bantul, Yogyakarta.
57
Biodata Penulis 1
Nama Lengkap : Teguh Purwantari
Tempat,Tanggal Lahir : Kulonprogo, 4 juni 1968
Alamat : Kalinongko 015/008 Kedungsari,
Pengasih, Kulonprogo
Ponsel : 087838240446
Pos-el : tpurwantari@gmail.com
Akun Facebook : -
Alamat Kantor : Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kab Kulon Progo
Jln KI Josuto, Wates,
Kulon Progo, DIY 55651
Bidang keahlian : Pengawas Sekolah
Riwayat Pekerjaan (10 tahun terakhir):
2016–-sekarang : Pengawas Sekolah Dasar
2011–-2016: : Kepala sekolah SD Negeri 2 Pengasih
2007--2011 : Kepala Sekolah SD Negeri Bojong
Panjatan
1988--2007 : Guru SD Negeri 5 Wates, Yogyakarta
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
S-2: Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta (2010--2012)
58
S-1: Kurikulum dan Teknologi Pendidikan UNY (1995—
1999)
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Suprihatin Guru Produktif, Kreatif, dan Inspiratif
(2015)
2. Jalan Aman Harapanku (2012)
3. Perjalanan Sebutir Kelapa (2012)
4. Aku Patriot Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD
/MI Kelas 1
5. Aku Patriot Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD
/MI Kelas 2
6. Aku Patriot Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD
/MI Kelas 3
7. Aku Patriot Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD
/MI Kelas 4
8. Aku Patriot Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD
/MI Kelas 5
9. Aku Patriot Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD
/MI Kelas 6
10. Ilmu Pengetahuan Alam 3 Untuk SD dan MI Kelas
3
11. Ilmu Pengetahuan Alam 5 Untuk SD dan MI Kelas
V
12. Tematik Kelas 1 Buku 1-4 (2007)
13. Tematik Kelas 2 Buku 1-4 (2007)
14. Tematik Kelas 3 Buku 1-4 (2007)
15. Memahami dan Berlatih Matematika IV (2007)
59
16. Memahami dan Berlatih Matematika V (2007)
17. Memahami dan Berlatih Matematika VI(2007)
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 tahun
terakhir):
1. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar PPKn Siswa
Kelas V melalui Media Gambar di SD Negeri 2
Pengasih Kulon Progo Tahun Pelajaran 2013/2014
(Didokumenkan di Perpustakaan SD Negeri 2
Pengasih)
Informasi Lain:
Lahir di Kulon Progo, 4 Juni 1968. Telah menikah dan
berputra dua orang ( I Handika Wijiantoro, Aditya
Dwi Prananda). Aktif dalam menulis lembar kerja siswa
(2005--sekarang), bidang tematik. Tinggal di Kalinongko,
RT 15 Rw 08, Kedungsari, Pengasih, Kulon Progo,
Yogyakarta 55652.
60
Biodata Penulis 2
Nama Lengkap : Suprihatin
Ponsel : 08156813277
08170427547
Pos-el : -
Akun Facebook : -
Alamat Kantor : -
Bidang Keahlian: Penulis
Riwayat Pekerjaan (10 tahun terakhir):
Tahun 2007--2014: Pengawas Pendidikan Dasar
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogya karta
Tahun2014–-sekarang: Pensiun dan sering diundang
menjadi:
Narasumber pembuatan cerita anak di LSBO Pusat
Muhammadiyah, Yogyakarta
Narasumber karya tulis ilmiah, PTK, PTS di KKG
Sekolah Dasar
Konsultan menulis buku,konsultan penelitian
(PTK/PTS) guru, konsultan kepala sekolah
61
Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:
 Lulus D1 (Bahasa Indonesia) Taman Guru Dewasa
(Taman Siswa tahun 1974)
 Lulus D2 PGSD IKIP Yogyakarta, tahun 1999
 Lulus S1 Jurusan Bimbingan Konseling, tahun 2003
Universitas Catur Sakti, Yogyakarta
 Beberapa kali mengikuti pelatihan yang diadakan oleh
Pusbuk di Jakarta
 Tahun 1994, tahun 1997 pelatihan diadakan UNESCO
 Tahun 1999 bengkel sastra Jogja, tahun 2008 Pusbuk
di Yogyakarta
Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):
1. Aneka Kerajianan Kain Perca (2015)
2. Pengembangan Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal
dan Hak-hak Anak di Sekolah Dasar (2015)
3. Pernak Pernik Payet nan Cantik (2013)
4. Menyulap Kain Perca Menjadi Barang Berharga (2013)
5. Pendidikan Batik Kelas 1 dan 2 (2013)
6. Perjalanan Sebutir Kelapa (2012)
7. Jalan Nyaman Harapanku (2012)
8. Parangtritis Multi Obyek Wisata (2012)
9. Takut Masuk Sekolah dan Kiat Mengatasinya (2012)
10. Tentang Jogja dan Gempa (Antalogi Puisi) (2012)
11. Sungai Sahabatku dan Musuhku (2010)
62
12. Membatik dan Mengenal Motif Batik (2009)
13. Pengorbanan Rumput Teki (2009)
14. Aneka Kerajinan Tapas Kelapa (2008)
15. 366 Cerita Rakyat Nusantara (2008)
16. Musim Pasti Berlalu (2008)
17 Tongkat Sakti Pemusnah Hantu (2007)
Judul Penelitian dan Tahun Terbit (10 tahun
terakhir):
1. Upaya Meningkatkan Kompetensi Kepala Sekolah
dan Guru dalam Menyusun KTSP Berbasis Kearifan
Lokal melalui Workshop dan Pendampingan Gugus I
SD Kepuh Tahun 2011 (Lomba Pengawas Berprestasi
Nasional)
2. Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru dalam
Menyusun Buku Pengayaan Semester I di Gugus I
SD Srikarya Imogiri Tahun 2012 (Lomba Prestasi
Pengawas Nasional Tahun 2012)
Informasi Lain:
Dia ahir di Sleman, 12 Desember 1953. Dia adalah
pensiunan Pengawas Sekolah Dasar Kabupaten Bantul
sejak 1 Januari 2014. Berkat prestasi kepenulisan nya,
dia dapat menduduki jabatan terakhir Guru Utama
golongan IV/e. Karena prestasinya sebagai juara 3
Pengawas Pengawas Nasional Tahun 2012, dia diberi
63
kesempatan untuk berwisata ke London, Inggris selama
9 hari pada bulan November 2013. Pada bulan Mei 2014,
dia mendapat hadiah Nugraha Kencana dari Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY).
64
Biodata Penyunting
Nama : Wenny Oktavia
Pos-el : wenny.oktavia@kemdikbud.go.id
Bidang Keahlian : Penyuntingan
Riwayat Pekerjaan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2001—
sekarang)
Riwayat Pendidikan
S-1 Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Jember
(1993—2001)
S-2 TESOL and FLT, Faculty of Arts, University of
Canberra (2008—2009)
Informasi Lain
Lahir di Padang pada tanggal 7 Oktober 1974. Aktif
dalam berbagai kegiatan dan aktivitas kebahasaan, di
antaranya penyuntingan bahasa, penyuluhan bahasa,
dan pengajaran Bahasa Indonesia bagi Orang Asing
(BIPA). Telah menyunting naskah dinas di beberapa
instansi seperti Mahkamah Konstitusi dan Kementerian
Luar Negeri. Menyunting beberapa cerita rakyat dalam
Gerakan Literasi Nasional 2016.
65
Biodata Ilustrator
Nama : Danang Kusuma Wardana
Pos-el : danangfd11@gmail.com
Bidang Keahlian : Ilustrator
Riwayat Pekerjaan:
1. 2016—sekarang sebagai pekerja magang atau praktek
kerja profesi di PT Era Adicitra Intermedia sebagai
ilustrator buku anak, komik, dll.
Riwayat Pendidikan:
2014--sekarang: D3 Desain Komunikasi Visual UNS
Surakarta
Informasi Lain:
Lahir di Surakarta 11 April 1996. Saat ini menyelesaikan
kuliahnya dan magang sebagai tugas praktik kerja profesi
untuk memenuhi kurikulum kuliahnya.
Buku nonteks pelajaran ini telah ditetapkan berdasarkan
Keputusan Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Balitbang, Kemendikbud Nomor: 9722/H3.3/PB/2017
tanggal 3 Oktober 2017 tentang Penetapan Buku
Pengayaan Pengetahuan dan Buku Pengayaan Kepribadian
sebagai Buku Nonteks Pelajaran yang Memenuhi Syarat
Kelayakan untuk Digunakan sebagai Sumber Belajar pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.